Minggu, 27 Januari 2013

Partisipasi Dalam Proses Pengambilan Keputusan

Pengertian Partisipasi :
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.


Bentuk partisipasi yang nyata yaitu :
  • Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan
  • Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas
  • Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program
  • Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya
Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

Dari pengertian partisipasi diatas, kita dapat menyimpulkan secara sederhana , bahwa Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan yaitu :
Pengambilan bagian dengan menyalurkan ide , materi , tenaga , maupun ketrampilan untuk mengambil suatu keputusan yang dibuat, baik dalam sebuah organisasi maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan pribadi. 

Namun, saat kita sudah memutuskan untuk ikut andil dalam pengambilan keputusan, kita juga harus mempertimbangkan resiko-resiko dan keuntungan apa saja yang didapat jika mengambil langkah ini dan itu, jangan sampai salah dalam mengambil keputusan karena asal berpartisipasi saja .

               www.clarada25.blogspot.com

Budaya Organisasi


Asal-muasal Budaya Organisasi.
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi: para pendirinya.
Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada seluruh anggota organisasi.

Proses penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara :
1. Pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan dengan mereka.
2. Pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara pikir dan berperilakunya kepada karyawan.
3. Perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri dan,  dengan demikian, menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut.
Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi.

Karakteristik Budaya Organisasi
Penelitian menunjukkan bahwa ada tujuh karakteristik utama yang, secara keseluruhan, merupakan hakikat budaya organisasi.
  • Inovasi dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap inovatif dan berani mengambil risiko.
  • Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, d perhatian pada hal-hal detail.
  • Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
  • Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
  • Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang pada indvidu-individu.
  • Keagresifan. Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
  • Stabilitas. Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_organisasi

Tujuan Perubahan dan Perkembangan Organisasi

Perubahan sangat mempengaruhi dinamika suatu organisasi, organisasi yang baik adalah organisasi yang mengikuti perkembangan zaman namun tidak merubah Tujuan awal pada saat di bentuknya organisasi .

Tujuan Perubahan dan perkembangan sangat identik dengan kemajuan, jika organisasi ingin semakin maju , maka harus berkembang menjadi lebih baik, dinamika yang semakin keras juga mempengaruhi perkembangan organisasi.

maka, perubahan dan perkembangan harus saling berkesinambungan dan saling seimbang, jika organisasi hanya berubah namun tidak ada perkembangan itu salah satu perubahan yang merugikan bagi organisasi .

Pada Era globalisasi, tidak menutup kemungkinan organisasi melakukan perubahan dan perkembangan, namun kembali lagi pada visi dan misi awal dibentuknya organisasi tersebut. Jika tidak selaras dengan visi dan misi maka sebaiknya perubahan dan perkembangan yang dipengaruhi oleh globalisasi harus di saring dan dievaluasi lebih lanjut.

sumber : www.clarada25.blogspot.com

Motivasi dalam Organisasi

Motivasi adalah suatu dorongan dalam diri yang membuat seseorang atau suatu organisasi bahkan suatu badan untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.

Motivasi dalam Organisasi sangat penting, karena adanya motivasi, maka akan mendorong suatu organisasi tersebut menjadi semakin maju dan mempercepat mencapai tujuannya, motivasi yang baik seharusnya ada pada setiap lapisan organisasi , motivasi yang sama juga menjadi faktor utama yang dapat mempengaruhi perkembangan organisasi.

contoh kongkrit motivasi yang diberikan pada suatu organisasi dalam suatu perusahaan adalah :
1. memberikan penghargaan bagi karyawan yang rajin.
2. kenaikan gaji 2x lipat jika melampaui target yang ditentukan,
dan lain sebagainya,,

karena motivasi seperti diatas , maka semua pekerja yang ada didalamnya akan berlomba-lomba melakukan yang terbaik bagi perusahaan atau organisasi tersebut dan organisasi atau perusahaan tersebut pun menjadi semakin dinamis dan maju dalam usahanya.

sumber : www.clarada25.blogspot.com

Penggunaan dan Pentingnya Informasi

Penggunaan dan Pentingnya Informasi

Informasi adalah suatu data yang sudah diolah sehingga dapat mendefinisikan atau menjelaskan sesuatu fisik maupun nonfisik untuk digunakan sebagai sarana penunjang keputusan.\

Informasi sangatlah penting, karena semua aspek kehidupan ini sangat bergantung pada informasi, contohnya : informasi dari suatu benda yang memiliki fungsi,bentuk,tujuan dan lainnya.
karena adanya informasi kita dapat menentukan yang mana yang baik dan yang mana yang buruk.

Informasi telah ada sebelum kita diciptakan, yaitu informasi yang diciptakan Allah SWT yang terdapat dalam Al-Quran. semua informasi mulai dari yang tidak mungkin hingga menjadi mungkin tertulis didalamnya, mulai dari penciptaaan manusia, penciptakan bumi dan seisinya, bahkan manfaat-manfaat dari alam sekitar kita pun sudah di informasikan didalamnya.

informasi sangat mempengaruhi kehidupan seseorang, contohnya :
Suatu Badan yang memprediksi bencana misalnya memprediksikan akan terjadi angin topan di suatu wilayah tertentu, karena adanya informasi tersebut, maka penduduk yang berada di lokasi akan mengungsi ke tempat yang lebih aman . namun , jika ada seseorang atau sekelompok yang memberikan informasi tentang akan terjadinya Kiamat pada tanggal tertentu atau semacamnya tidak patut untuk dipercaya karena hanya Tuhan yang tau., disinilah salah satu letak penggunaan informasi, informasi juga harus kita teliti kebenarannya jangan langsung di telan mentah-mentah tanpa adanya bukti yang kongkrit kebenarannya.


sumber : www.clarada25.blogspot.com

Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi artinya berinteraksi antara paling sedikit 2 orang yang sedsng berinteraksi, dalam organisasi tentu sangat di perlukan yang namanya komunikasi, dalam berkomunikasi yang baik dapat menentukan kinerja organisasi itu sendiri. Apabila dalam suatu organisasi, baik organisasi yang berbentuk sosial maupun komersil itu tidak lancar atau bermasalah dalam hubungan berkomunikasi maka sangat berdampak buruk pada kelangsungan organisasi tersebut.

Komunikasi itu pun terbagi menjadi 2 :
yaitu :

1. Komunikasi dengan masyarakat di non organisasi  maupun masyarakat pada organisasi lain.

Pada masyarakat non organisasi , komunikasi yang baik sangat diperlukan untuk kelancaran suatu organisasi , jika terjadi komunikasi yang buruk, maka akan memunculkan perselisihan yang dapat mengancam keberadaan suatu organisasi tersebut.

namun, masyarakat yang memiliki atau berada di organisasi lain pun juga sangat berpengaruh atas jalannya kreadibilitas suatu organisasi, jika terjadi komunikasi yang buruk dapat berdampak semakin sempitnya peluang-peluang usaha yang sedang dijalani suatu organisasi tersebut.

2. Komunikasi yang terjadi dalam Organisasi itu sendiri.

komunikasi yang terjadi di antara lapisan suatu organisasi, mulai dari anggota organisasi sampai ketua organisasi itu sendiri, harus terjalin dengan baik dan harmonis, jika baik dan harmonis akan semakin baik pula kinerja organisasi tersebut namun jika tidak , akan sangat dipastikan organisasi tersebut tidak dapat berjalan dengan baik bahkan dapat terpecah belah dan runtuh.

sumber : www.clarada25.blogspot.com

Proses Pengambilan Keputusan


Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan
Menurut Herbert A. Simon, Proses pengambilan keputusan pada hakekatnya terdiri atas tiga langkah utama, yaitu :
Kegiatan Intelijen
Menyangkut pencarian berbagai kondisi lingkungan yang diperlukan bagi keputusan.
Kegiatan Desain
Tahap ini menyangkut pembuatan pengembangan dan penganalisaan berbagai rangkaian kegiatan yang mungkin dilakukan.
Kegiatan Pemilihan
Pemilihan serangkaian kegiatan tertentu dari alternatif yang tersedia.
Sedangkan menurut Scott dan Mitchell, proses pengambilan keputusan meliputi :
Proses pencarian/penemuan tujuan
Formulasi tujuan
Pemilihan Alternatif
Mengevaluasi hasil-hasil
Pendekatan konperhensif lainnya adalah dengan menggunakan analisis sistem, menurut ELBING ada lima langkah dalam proses pengambilan keputusan :
Identifikasi dan Diagnosa masalah
Pengumpulan dan Analisis data yang relevan
Pengembangan dan Evaluasi alternative alternative
Pemilihan Alternatif terbaik
Implementasi keputusan dan Evaluasi terhadap hasil-hasil

Model-model Pengambilan keputusan
Model Perilaku Pengambilan keputusan
Model Ekonomi, yang dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang itu rasional, yaitu berusaha mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya marginal atau untuk memperoleh keuntungan maksimum
Model Manusia Administrasi, Dikemukan oleh Herbert A. Simon dimana lebih berprinsip orang tidak menginginkan maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang memuaskan
Model Manusia Mobicentrik, Dikemukakan oleh Jennings, dimana perubahan merupakan nilai utama sehingga orang harus selalu bergerak bebas mengambil keputusan
Model Manusia Organisasi, Dikemukakan oleh W.F. Whyte, model ini lebih mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama dalam pengambilan keputusan
Model Pengusaha Baru, Dikemukakan oleh Wright Mills menekankan pada sifat kompetitif
Model Sosial, Dikemukakan oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang seringb tidak rasional dalam mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.
Model Preskriptif dan Deskriptif
Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu :
Model Preskriptif
Pemberian resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil keputusan.
Model Deskriptif
Model ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu.
Model preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif berdasarkan pada realitas observasi.
Disamping model-model diatas (model linier) terdapat pula model Spiral dimana satu anggota mengemukakan konsep dan anggota lain mengadakan reaksi setuju tidak setuju kemudian dikembangkan lebih lanjut atau dilakukan “revisi” dan seterusnya.
Teknik-teknik Pengambilan Keputusan
Teknik Kreatif
Brainstorming
Berusaha untuk menggali dan mendapatkan kreatifitas maksimum dari kelompok dengan memberikan kesempatan para anggota untuk melontarkan ide-idenya.
Synectics
Didasarkan pada asumsi bahwa proses kreatif dapat dijabarkan dan diajarkan, dimaksudkan untuk meningktakan keluaran (output) kreatif individual dan kelompok.
Teknik Partisipatif
Individu individu atau kelompok dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Teknik Modern
Teknik Delphi
Teknik Kelompok Nominal
contoh kasus
Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika kelompok tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para anggota kelompok terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.
Tipe-tipe proses pengambilan keputusan
Tipe Pengambilan keputusan ( Decision making) : adalah tindakan manajemen dalam pemilihan alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan dibagi dalam 3 tipe :
(1) Keputusan terprogram/keputusan terstruktur : keputusan yg berulang2 dan rutin, sehingga dapt diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pd manjemen tkt bawah. Co:/ keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang,dll.
(2) Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur : keputusan yg sebagian dpt diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tdk terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan2 serta analisis yg terperinci. Co:/ Keputusan membeli sistem komputer yg lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.
(3) Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur : keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tdk terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah antara lain :
1)     Trial & error : Coba dan salah. Cara ini merupakan metode yang paling rendah tingkatannya, dilakukan oleh orang yang belum pernah mengalami/ mengenal dan belum tahu sama sekali. Dalam keperawatan ini sangat berbahaya dan tidak boleh dilakukan.
Contohnya : ada klien panas, dicoba diurut, dicoba diberi makan, dicoba ditiup, tdk berhasil dicoba diberi minum, dibuka baju, diberi kompres sampai berhasil panasnya turun, dll.
2)     Intuisi : penyelesaian masalah dengan intuisi atau naluri/ bisikan hati. Penyelesaian dengan cara ini kurang dianjurkan dalam metode ilmiah, karena tidak mempunyai dasar ilmiah.   Kadang-kadang metode ini juga dapat memberikan jalan keluar bila intuisi ini berdasarkan analisis atau pengalaman, dan pengetahuan yang dimiliki.
3)     Nursing process : Proses keperawatan merupakan suatu langkah penyelesaian masalah yang sistematis dan didukung oleh rasionalisasi secara ilmiah meliputi : pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang merupakan suatu siklus untuk mengatasi masalah yang terjadi pada klien.
4)     Scientifik methode/Research Process  : Proses riset/ penelitian merupakan suatu penyelesaian masalah berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan logika, dengan pendekatan yang sistematis

Perubahan sosial dan pengaruhnya terhadap Organisasi


              Perubahan social dan pengaruhnya terhadap organisasi

Perubahan social yang sedang akan terjadi akan banyak mempengaruhi keadaan dan kehidupan organisasi pada masa yang akan datang. Margulies & Raia mengemukakan beberapa hal sebagi berikut :
a)      Perubahan peranan dan tujuan organisasi.
b)      Membesarnya ukuran dan kompleksitas organisasi.
c)      Tujuan organisasi menjadi lebih kompleks dan sukar.
d)     Penggunaan teknologi yang lebih maju.
e)      Adanya bentuk organisasi yang baru.
f)       Perubahan pandangan terhadap manusia.

1)      Investasi perorangan yang diberikan dalam penentuan tujuan sangat dikit. Investasi besar hanya dilakukan oleh mereka yang berada diatas.

2)      Orang-orang yang meligat adanya kesalahan tidak berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Tidak ada seorangpun akan menjadi sukarelawan. Kesalahan dan kesulitan selalu ditutupi dan disembunyikan. Merekan membicarakannya diluar, dirumah dan bukan dengan mereka yang tersagkut didalamnya.

3)      Factor-faktor luar dari persoalan memperumit penyelesaiannya. Status dan pengkotakan atau kompartementasi lebih penting dari pemecahan persoalan. Perhatian lebih besar kepada keinginan pimpinan, bukan kepentingan komsumen. Setiap orang berlaku formal dan ungkapan dilakukan dengan hati-hati. Tidak ada toleransi terhadap perbedaan.

4)      Mereka yang diatas berusaha untuk melakukan pengambilan keputusan sebanyak mungkin. Mereka menjadi sebab kemacetan dan selalu membuat keputusan atas data dan saran yang lengkap. Orang-orang mengeluh mengenai keputusan yang mereka anggap irrasional.
5)      Para manajer merasa sendirian(dalam usaha pencapaian tujuan) ketentuan,kebijaksanaan dan procedure tidak berjalan sebagaimana diharapkan.

6)      Pandangan orang bawahan tidak pernah dihargai, apalagi yang diluar pekerjaan mereka.

7)      Kebutuhan dan perasaan perorangan selalu dikesampingkan.

8)      Mereka bersaing pada saat mereka harus bekerjasama. Mereka peka terhadap masuknya orang lain dalam bidang tanggung jawab mereka. Mencari bantuan dianggap sebagai kelemahan. Mereka tidak pernah berpikir untuk membantu yang lain. Mereka saling mencurigai satu sama lain, berkomunikasi dengan buruk dan pimpinan mentoleransinya.
9)      Bila terjadi krisis, maka masing-masing mengundurkan diri dan mulai menyalahkan orang lain.

10)  Proses belajar sulit dilakukan. Mereka tidak mau belajar dari orang lain, tetapi harus belajar dari kesalahn sendiri, tidak dari pengalaman orang lain. Mereka sedikit mendapat umpan balik mengenai prestasi mereka.

11)  Konflik  pada umumnya disembunyikan dan dikelola dengan penggunaan kekuasaan atau cara lainnya. Atau mungkin dengan melalui perdebatan yang tidak berkesudahan.


12)  Umpan balik dihindarkan.

13)  Hubungan kerja dilakukan dengan secara berpura-pura dan atas dasar gengsi. Orang-orang sering merasa sendirian dan kurang perhatian terhadap nasib yang lain.

14)  Orang-orang merasa terpaku pada pekerjaan mereka. Mereka merasa jauh dan bosan, tetapi mereka merasa terpaksa menerimanya demi keamanan mereka sendiri. Perilaku mereka dalam pertemuan mereka lebih banyak diam dan merasa lesu. Bukan sesuatu yang menyenangkan.

15)  Manajer merupakan seorang yang harus menentukan semua hal yang harus berlaku dalam organisasi.

16)  Manajer secara ketat mengawasi pengeluaran yang sekecil apapun sebaliknya setiap permintaan kecilpun harus mendapat pertimbangan yang teliti. Manajer hanya sedikit memberikan tolreansi pterhadap kesalahan.

17)  Usaha untuk memperkecil resiko merupakan suatu yang sangat diimpi-impikan.

18)  Satu kali anda melakukan kesalahan dan itu berarti harus keluar.

19)  Prestasi yang buruk akan diartikan sebagai suatu kesalahan odan bila perlu harus diadili.

20)  Stuktur organisasi, kebijaksanaan dan prosedur menjadi penghambat organisasi. Orang-orang melarikan diri dari kebijaksanaan , prosedur dan mempermaikan struktur organisasi.

21)  Tradisi
22)  Inovasi bukan merupakan minat umum, tetapi –kalaupun ada- hanya terbatas pada orang-orang tertentu saja.

23)  Orang-orang mengungkapkan perasaan frustasi mereka dengan pernyataan : Saya tidak  mampu melakukan sesuatu dan adalah tanggung jawab mereka untuk menyelamatkan organisasi.

Faktor Penghambat Perkembangan Organisasi


I.                 Faktor – faktor penghambat perkembangan dan perubahan organisasi
Herbert Kaufman dalam bukunya Limits Of Organization Change
(1985 :8)
Mengemukakan bahwa kegagalan untuk mengadakan perubahan didalam organisasi dapat
Disebabkan oleh beberapa faktor :

Faktor – factor tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori , yaitu :
1.      Hasrat untuk mempertahankan kestabilan hidup bersama (acknowledged collective benefits of stability)
2.      Pertimbangan atas lawan-lawan yang mungkin dihadapi untuk mengadakan perubahan (calculated opposition to change).
3.      Ketidakmampuan untuk mengadakan perubahan (inability to change)
a.       Hasrat untuk mempertahankan manfaat kestabilan hidup bersama  (acknowledged collective benefites or stability) dengan aturan yang sudah melembaga pada suatu organisasi telah terbentuk pola prilaku yang sudah disepakati dan tampil sebagai iklim kerja yang mewarnai kehidupan organisasi yang menciptakan kehidupan stabil dengan rasa aman dan silahturahmi yang baik antara individu yang terkait. Oleh karena itu adanya perubahan dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan dan keresahan sehingga mengundang ketidak stabilan organisasi.
b.      Pertimbangan atas lawan-lawan yang mungkin akan dihadapi dalam mengadakan perubahan (calculated opposition to change)

Kelompok oposisi atas perubahan akan datang dari dalam maupun dari luar organisasi, baik secara perseorangan maupun berkelompok. Munculnya kaum oposisi ini dapat berdasarkan pada berbagai alasan antara lain :
1). Untuk melindungi keadaan yang dipandang sudah baik dan sedang dinikmati (prevailing advantage).

2). Untuk melindungi kualitas yang sudah ada (protection of quality), dalam hal ini dikhawatirkan perubahan didalam organisasi akan menimbulkan gangguan terhadap kualitas produk yang sudah dicapai.

3). Kekhawatiran akan biaya perubahan (psyhic of change). Dalam hal ini perubahan organisasi terhambat oleh pertimbangan manfaat perubahan dibandingkan dengan biaya yang harus digunakan.
               c). Ketidakmampuan untuk berubah menurut pendapat
                   Herbert Kaufmant (1985:15) adalah karena beberapa alasan,     antara lain :
1). Pembuatan mental (mental Blinders)
        a). Pembuatan Mental (Mental Blinders)
              Pembuatan mental didalam organisasi antara lain melalui prilaku secara terprogram melalui metode yang sama dengan pengarahan, instruksi atau indoktrinasi sehingga tertanam pada semua anggota organisasi. Pengisian posisi didalam organisasi didasarkan pada pemilihan tidak hanya atas keahlian.

2). Hambatan Sistem (systemic Obstacles)
        a). Hambatan Sistem
              Hambatan system merupakan hambatan internal dalam diri orang-orang dalam organisasi yang membentuk Karena pengendalian dari luar diri orang-orang tersebut, yaitu dari system organisasi.
Hambatan-hambatan tersebut meliputi :
1). Keterbatasan sumber daya (resource limition)
      Hal ini terjadi karena terbatasnya sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, sehingga tidak mampu membiayai perubahan yang diharapkan.
2). Terperangkap oleh biaya (Sunk Cost)
      Perubahan yang diharapkan dilaksanakan dalam organisasi dapat terhambat karena organisasi terperangkap oleh biaya yang harus dikeluarkan untuk kekayaan yang tidak dapat dengan cepat diuangkan sebagai akibat investasi pada kekayaan tetap yang memberikan hasil (ROI) tidak sesuai dengan yang diharapkan.

3). Akumulasi hambatan-hambatan perilaku yang bersifat resmi (accumulations of official constrain’s on Behaviour).
      Hambatan-hambatan ini dapat berupa status, ketentuan-ketentuan hokum, hubungan personal didalam struktur organisasi ,dan lain-lain, yang semakin berpengalaman suatu organisasi, semakin berkembang ketentuan-ketentuan resmi yang melembaga dan membatasi perilaku individu-individu didalamnya.

4). Hambatan-hambatan  perilaku yang tidak resmi dan tidak direncakan.
     Hambatan ini datang melalui kelompok informal didalam organisasi formal, berupa antara lain sabotase bawahan terhadap program perubahan.

5). Kesepakatan antar organisasi
      Perubahan organisasi juga dapat terhambat oleh kesepakatan organisasi dengan organisasi lain. Kesepakatan ini dapat berupa kontak kerja, kesepakatan dengan pelanggan (perjanjian jual beli), kesepakatan dengan pesaing (melalui OPS), kesepakatan untuk mematuhi ketentuan pemerintah, dan lain-lain.
Untuk melaksanakan perubahan didalam organisasi, maka hambatan-hambatan tersebut harus dapat diantisipasi dan diatasi, mengingat bahwa perubahan didalam organisasi merupakan tuntutan yang perlu dilaksanakan seiring dengan laju dinamika masyarakat tempat organisasi berbeda. Perubahan ini dapat dilaksanakn sebagai keharusan atau secara sukarela (involuntary change or voluntary change).